Friday, January 1, 2010

Kemana Kita Menyeru (part 1)

Kemana Kita Menyeru
Oleh: Imam Hassan Al-Banna

MUQADDIMAH.
Barangkali telah banyak saudara berbincang dengan seseorang atau sekumpulan orang tentang berbagai
masalah. Saudara beranggapan bahawa apa yang saudara sampaikan itu adalah sesuatu yang jelas, terang
dan terperinci. Saudara akan menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan sesuatu sehingga seluruh
isi hati dicurahkan bagi memperjelaskan sesuatu perkara. Dalam kontek ini saudara telah menyampaikan
kepada mereka akan kenyataan-kenyataan yang saudara lihat dengan jelas, seperti kata pujangga bagai
sinar matahari di siang hari. Setelah itu saudara rasa terpegun apabila semuanya menjadi jelas, tetapi
ternyata orang yang diajak berbicara tadi belum mengerti dan faham akan maksud saudara.
Perkara ini sering kali saya lihat berlaku, dan setelah dikaji dua masalah penting.
Pertama: Kebiasaannya yang sebagai neraca bagi suatu pembicaraan adalah diri kita sendiri, sehingga kita
tidak melihat kepada tanggapan pihak lain.yang sudah tentunya mempunyai beberapa perbedaan.
Kedua: Isi pembicaraan yang disampaikan terlalu sulit dan sukar difahami walaupun kita meyakini apa
yang telah disampaikan itu cukup jelas dan nyata.

NERACA
Risalah ini bermaksud menjelaskan kepada umum mengenai ruang lingkup gerakan dakwah Ikhwan
Muslimin serta matlamatnya, tujuannya, uslubnya, wasilahnya secara terus terang jelas dan nyata. Dalam
membahaskan perkara ini saya terlebih dahulu ingin penilaian terhadap penjelasan yang akan diutarakan.
Ini bertujuan agar perbahasan ini menjadi mudah dan jelas difahami – tidak dengan perbahasan yang sukar
dan berbelit-belit supaya para pembaca dapat mengambil faedah darinya.
Saya mengambil Kitabullah yakni Al-Qur'an sebagai neraca yang utama di dalam perbahasan ini. Dan
menyakini bahawa tidak ada seorang muslim pun yang berbeda pendapat dalam hal ini.
Dengan itu segala ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur'an, dapat ditimba dan digali dan
mengembalikan segala persoalan kepada hukum-hukum Al-Qur'an.

WAHAI KAUMKU
Al-Qur'an adalah kitab yang lengkap dan sempurna (universal). Di dalamnya, Allah telah menghimpunkan
prinsip-prinsip aqidah, asas-asas peraturan masyarakat (sosial), garis-garis besar syariat, peraturan
keduniaan dan mengandungi prinsip-prinsip perintah dan larangan. Persoalannya apakah umat Islam
sekarang telah mengamalkan kandungan Al-Qur'an, sehingga mereka benar-benar yakin terhadap apa yang
diturunkan oleh Allah dan memahami tujuan wahyu diturunkan? Apakah mereka mengamalkan peraturan
masyarakat di dalam kehidupan sehari- hari?
Dengan mengambil kesimpulan bahawa umat Islam telah pun mengamalkannya, ini bererti tanggapan kita
juga sama, dan kita telah mencapai kepada matlamatnya. Namun setelah dikaji dan diselidiki ternyata
sebenarnya kita masih jauh dari landasan Al-Qur'an, yakni telah mengabaikan ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Lantaran itu kita mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar untuk mengembalikan semua umat
Islam ke jalan yang benar.

TUJUAN HIDUP MENURUT ALQURAN
Kemana Kita Menyeru

Al-Qur'an sebenarnya telah memberikan penjelasan kepada kita tentang tujuan hidup dan sasaran yang
harus dicapai di dalam hidup ini. Dengan tegas Al-Qur'an telah memberikan tanggapan kepada kehidupan
manusia yang hanya mementingkan soal makan dan minum (kenikmatan duniawi) sepertimana firman
Allah:
Maksudnya: "Dan orang-orang yang kafir itu bersenang- senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka”.
Demikian juga Al-Qur'an memberi penjelasan bagi umat manusia yang sibuk mencintai kebendaan yang
fana:
Maksudnya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik
(syurga)''.
Al-Qur'an juga menjelaskan perilaku umat manusia yang suka menyebarkan fitnah dan memaparkan
kejelekan serta membuat kerosakan di atas muka bumi:
Firman Allah:
Maksudnya: "Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu,
dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling
keras. Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerosakan padanya,
dan merosak tanam-tanaman dan binatang ternak dan Allah tidak menyukai kebinasaan ".
Itulah antara tujuan yang lumrah dikejar oleh umat manusia di dalam kehidupan di dunia. Semoga Allah
membebaskan kaum yang beriman dari perbuatan tersebut itu. Dan semoga Allah menganugerahkan tugas
yang lebih mulia dari seluruh perbuatan seperti itu. Yakni tugas memberi petunjuk kepada umat manusia,
membimbing kepada kebaikan dan memakmurkan dunia dengan risalah Islam, seperti seruan Allah di
dalam kitabNya:
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orangorang
muslim dari dahulu, dan (begitu pala) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi ~aksi atas
segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kama pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong ':
Berdasarkan penjelasan dari ayat di atas, Allah telah memberikan ruang yang begitu luas kepada umat
Islam agar membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Begitu juga Al-Qur'an memberikan hak
menguasai bumi di dalam rangka melaksanakan segala suruhan Allah yang luhur itu. Justeru itu hak
kepimpinan dan peradaban di dunia ini mutlak menjadi milik umat Islam, dan bukannya peradaban Barat.

PERJUANGAN MUSLIM ADALAH PENGORBANAN
Allah juga memberikan penjelasan bahawa umat yang benar-benar berjuang demi untuk mencapai cita-cita
dan diperlukan sekali persediaan diri mengorbankan jiwa dan hartanya. Dan untuk terlaksananya dakwah,
maka perjuangan tersebut adalah merupakan satu-satunya jalan yang harus ditempuh.
Allah berfirman di dalam KitabNya:
Maksudnya: "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan
memberikan syurga untuk mereka …”.
Kemana Kita Menyeru

Selain pergorbanan tersebut, umat Islam yang benar-benar menyampaikan risalah dakwah, harus bersedia
pula mengorbankan kepentingan dunia demi pahala yang akan diterima di akhirat. Oleh kerana itu sesiapa
sahaja yang terjun di bidang ini haruslah memiliki sifat-sifat sebagai seorang da'ie.
Penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh umat Islam pada zaman yang silam telah mencatatkan satu
peristiwa sejarah yang merupakan kesinambungan kepada kewujudan peradaban, kemajuan, pendidikan
dan pengajaran Islam. Tetapi apa yang pernah dilakukan oleh masyarakat Barat sekarang ini?

KEGIATAN MUSLIM YANG SESUAI DENGAN TUJUAN ISLAM
Demi Allah wahai kekasihku! Apakah benar umat Islam mampu mengerti maksud ini sesuai dengan
kehendak Al-Qur'an, sehingga jiwa mereka menjadi luhur? Dengan pengertian tersebut, bererti mereka
telah diri dari perhambaan kepada kebendaan diri dari segala bentuk kenikmatan yang berdasarkan hawa
nafsu. Begitu pula mereka telah bebas dari kongkongan kelazatan hawa nafsu dan syahwat, mereka
menjauhi perkara yang sia-sia dan tujuan-tujuan yang rendah dan hina. Mereka hanya membulatkan
haluan kepada Allah yang telah menciptakan bumi dan langit, dan berbakti meninggikan Kalimatullah di
samping berjuang di jalanNya mendakwahkan agamaNya serta mempertahankan syari'at agamaNya.
Atau apakah mereka menjadi hamba kepada hawa nafsu, mementingkan diri, tamak dan hanya
mengingatkan makanan lazat, kenderaan mewah, keindahan perhiasan, tempat tidur empuk dan wanita
cantik, serta kemuliaan pangkat? Atau seperti kata sya’ir :
“Mereka rela meninggalkan prinsip dan lari mencari keuntungan. Mereka berpura-pura berjuang, tetapi
kenyataannya kosong ”.
Alangkah benarnya perkataan Rasulullah :
"Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, dan celakalah hamba harta benda dunia".

TUJUAN ADALAH PRINSIP
Sebenamya tujuan jelas itu akan mendorong tingkah laku tetapi kita masih belum dapat memahami pasti
'masalah tujuan ini. Dengan itu telah menjadi kewajiban semua untuk memberikan penjelasan kepada
mereka akan batasan-batasan secara jelas. Kita sudah menjelaskan secara panjang lebar di dalam risalah ini,
dan sependapat bahawa tugas kita ialah memimpin dunia dan juga membimbing umaat manusia kepada
peraturan-peraturan Islam. Dan bagi umat manusia, mustahil akan mendapatkan kebahagian tanpa
berpegang kepada peraturan Al-Qur'an.

SUMBER MATLAMAT KITA
Demikian risalah yang akan disampaikan oleh Ikhwan Muslimin kepada umat manusia. Umat Islam,
khususnya hendaklah memberikan galakan dan memahami seruan ini dengan tekad yang bersungguhsungguh.
Risalah ini, sebenarnya bukanlah tasawwur Ikhwan Muslimin, tetapi risalah yang memuatkan ayat-ayat Al-
Qur'an yang menampakkan secara jelas, intisari sirah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya yang
mempunyai an-an khusus. Mereka adalah qudwah utama bagi pemahaman terhadap agama Islam dan
pelaksanaannya. Dan apabila umat Islam sanggup menerima risalah ini, maka ini suatu petanda iman dan
pemahaman terhadap Islam secara mendalam. Sebaliknya apabila umat Islam tidak sanggup menerima atau
terdapat keraguan di dalam hati, maka ketika itu Al-Qur'an akan menjadi penilai siapakah di antara kita
dan mereka yang menduduki tempat kebenaran.
Allah telah berfirman:
Maksudnya: "Ya Tuhan kami, berilah k~putusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) Engkaulah
Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya'.
Kemana Kita Menyeru

KEPUTUSAN
Banyak di antara rakan-rakan kita yang tercinta dan yang telah kita perjuangkan untuk kemaslahatan dunia
dan akhiratnya, dengan pengorbananharta dan jiwa. Mereka bertanya-tanya dan menyangsikan terhadap
perjuangan kita di dalam rangka mencapai tujuan yang selalu diidamkan oleh para Ikhwan, iaitu
membahagiakan kita dan rakan-rakan kita dengan mengorbankan harta dan jiwa dengan mengenepikan
kepentingan anak dan isteri.
Sebenarnya kita ingin sekali agar mereka dapat melihat secara langsung dari dekat kedudukan anggota
Ikhwanul Muslimin. Perlu mereka ketahui bahawa di malam hari ketika orang-grang lain sedang nyenyak
tidur, maka ketika itu pula anggota Ikhwanul Muslimin bangun sambil menggerakkan hati, mendekatkan
diri kepada Allah swt. Mereka akan melihat salah seorang dari pemuda Ikhwan tekun di pejabatnya sejak
dari waktu Asar sehingga jauh malam, bekerja, berusaha dan berfikir, begitulah keadaannya sepanjang
bulan. Ketika awal bulan tiba, maka hasil pendapatannya yang diterimanya disumbangkan sebagai sumber
kewangan jama'ah Ikhwanul Muslimin. Ia beranggapan dengan penuh sedar bahawa wang yang
disumbangkan kepada jama'ah bererti memberi nafkah kepada dirinya sendiri, sebab wang yang
dikeluarkan itu adalah untuk kepentingan da'wah. Dan tindakan terhadap orang lain yang tidak pernah
bersedia menafkahkan harta untuk kepentingan da'wah, selalu didasarkan pada firman Allah:
Maksunya : "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku”.
Na'udzubillah. Apabila kita menginginkanbalasan keduniaan terhadap perbuatan kita di dunia, kita harus
sedar bahwa kita ini diciptakan untuk membaktikan diri terhadap kepentingan risalah dakwah ini. Sedang
pengorbanan yang kita sumbangkan itu, tidak lain hanyalah untuk mengharapkan agar mereka memahami
dakwah ini dan menyahut seruan kita.

Wallahu'alam :)